Februari 2013 - Mei 2017 wow sekali

Cerita ini sedikit serius.

Assalamu Alaikum Ukhti 
Assalamu Alaikum Ikhwan.


jangan ketawa dulu saya belum mulai nih,.. pertama kali dalam sejarah gubuk ini di salami kayak gitu. 

Cerita ini akan panjang, saya ingatkan untuk tenang, pastikan setengah jam ke depan anda tidak ada kegiatan. Semoga kisah berikut tidak bermanfaat bagi anda. (harap maklum ini ujian)
Sudah 4 tahun saya vacum dari menulis, apa sih sebenarnya yang terjadi selama 4 tahun itu? apakah banyak masalah sampai penulis malas nulis? padahal dulu hampir setiap 2 bulan sekali selalu posting tulisan gak jelas, absurb, gak mendidik, menyesatkan pemuda bangsa. kini apakah si penulis masih menggunakan gaya tulisan yang lama? tidak teratur dan terkesan cengengesan, pecicilan? malah terkadang penulis sering menulist tentang hal hal yang berbau,. maaf" por.. por.. porak poranda.

baiklah coy, wah gak enak kata "coy" udah jadul. bray, halah "bray" malah kayak anak tahun 2010an.
gimana kalau penulis menggunakan kata "gaes" sekarang lagi Hits di abad ini.

baiklah gaes, jadi si penulis kini telah beranjak dewasa, |dewasa? maksud ente tua?| huuaaaa ;( ..... Iya.. saya sudah 27 tahun, terakhir saya menulis usia 22 tahun, usia 22 tahun, usia yang sangat sangat komporable, berapi api, suka memasak, suka memanggang, suka membakar, bakar rokok. suatu kebanggan usia 22 tahun adalah mengencani cewek 2 sekaligus tanpa rasa bersalah. Fakta ini yang saat ini penulis rasakan sangat sangat memprihatinkan, si penulis berharap ada mesin waktu yang dapat mengantarkan si penulis bertemu penulis muda pada masanya, dengan harapan si penulis tua (apa ??? penulis tua??) dapat berjumpa dengan si penulis muda untuk menyampaikan beberapa kalimat, jika saja hal itu terjadi mungkin percakapan mereka akan seperti ini.


Penulis Dewasa     : hei bakrush " Plak.. plak.. ndug.,, duug.. pyar.. hyaa deess.. deess.. hyaa dess (kalimat yang aneh)
Penulis Muda        : Ka.. kaa.. kaamu sii.. siiapa?? apa salah saya pak? baru ketemu kok gitu.
Penulis Dewasa     : Panggil pak lagi.. panggil Mas..!!
Penulis Muda        : Enggeeh maa.. maa.. mas..
Penulis Dewasa     : mas mes mas mes.. panggil Om, eh jangan.. kamu tidak kenal siapa saya, heh?
Penulis Muda        : Eng enggak mas... mas siapa?
Penulis Dewasa     : oh gak kenal ya?. yaudah kenalin nama saya Bakrush.
Penulis Muda        : e e eee…eh emas bisa aja nyama nyamain nama keren gue.. hehe
Penulis Dewasa     : heh, cengengesan, gua gue.. "plaak"
Penulis Muda        : aduuuh ampun pak,.. eh mas... ampuun..!!
Penulis Dewasa     : Saya itu ya kamu, saya adalah kamu 5 tahun dari masa depan.
Penulis Muda         : ah yang bener mas, kok gak mirip ya? kayaknya gantengan saya deh mas, perut mas kok gak rata kayak saya? hehe. oh maaf mas kaca sepion saya hilang.
Penulis Dewasa      : eit mau ke mana kowe...? hmm.. ngomong lagi tak giniing lo (sambil angkat teh gelas aus)
Penulis Dewasa      : iya benar. aku mau menyampaikan beberapa wejangan ke kamu, biar kamu menjadi orang bener. maksudnya sedikit lebih bener, aku tau kamu gak pernah minum, gak pernah ngapa ngapain. Cuman kowe iki terlalu alay, terlalu sok, rokokmu kuwi lo buwak en, eh dol ae.
Penulis Muda         : loh kok tau mas..? mas ngepoin aku ya... hehe ngaku aje.. mas follow IG gue ya..? 
Penulis Dewasa      : "plak" plak" di taun ini belum ada IG gembel..
Penulis Muda         : Ampun mas.. ampuun
Penulis Dewasa     : tak ingetin dek, masa depan kamu itu tidak mudah, asal kamu tahu dek 1 tahun ke depan, Ibuk akan pulang.
Penulis Muda        : pulang? Pulang ke mana mas?
Penulis Dewasa     : Pulang dalam arti yang tidak bisa dijelaskan dek. Begini dek…….

kemudian mereka melanjutkan pembicaraan serius. Penulis muda dulu adalah seorang yang bisa dibilang grusa grusu, orang sekarang bilang Alay, sering mengumpat, sering mempermainkan hati orang demi gengsi, kuliah hanya sebagai tempat bermain, penulis muda dulu bukan orang bodoh di bidang eksak, penulis muda tidak pernah belajar saat kuliah, IPK cukup bagus,  penulis muda pekerja keras, demi tidak meminta uang bulanan, penulis muda rela bekerja part time dan jaga warnet, bahkan 2x periode penulis muda pernah mendapatkan beasiswa dengan cara yang lumayan lihai (tidak perlu diajarkan) hanya saja sifatnya terbawa pergaulan kurang sopan. Si penulis dewasa mengingatkan perjalanan hidup penulis muda akan banyak cobaan dan segeralah berbenah dewasa. Cobaan apa sajakah itu? akan ditulis kurang lengkap oleh penulis dewesa sesaat lagi.

penulis muda gaya alay (tengah)


penulis muda (sok kecakepan)

Baiklah gaes, ceritanya akan panjang semoga kalian betah bacanya. Soalnya saya mulai capek ngetik. Berikut cobaan cobaan yang akan dialami oleh penulis muda, dan sudah pernah dijalani penulis dewasa.

November 2012,
Penulis Dewasa bekerja di perusahaan otomotif roda dua, sebagai MT posisi Asisten Manager. Di perusahaan ini salary sangat sangat lumayan tapi sayang kesehatan Penulis menurun imbas jam kerja yang tidak jelas, maklum saja Penulis masuk di devisi marketing. Target adalah segala galanya, sedang  tahun itu adalah tahun paling buruk bagi merek pabrikan tempat Penulis bekerja. Penulis harus bekerja lebih dari 10 jam per hari untuk mencapai target, mana para sales susah diatur, sering minta entartaint. Belum lagi vendor dan konsinyasi minta imbalan. Hingga akhirnya.

Pekerjaan marketing

11 Juli 2013
Nambah umur jadi 24 tahun.

Juli 2013,
Penulis putuskan pindah kerja, hanya selang 1 bulan dari tanggal Penulis resign, Alhamdulillah Penulis diterima kerja di perusahaan otomotif roda empat dibagian pelayanan service technical tetap di surabaya. Salary cukup, tapi waktu Penulis sangat cukup untuk hidup sebagai manusia normal, berangkat 08.30 pulang 16.30, hari pertama Penulis bekerja, Penulis pulang dengan raut wajah cengengesan, ah ini sangat mudah..hahaha di tempat kerja yang baru ini Penulis tidak perlu lagi ngeladeni sales buat entertaint, gak perlu lagi pulang malem, gak perlu lagi buang buang duit buat nyogok konsinyasi, gak perlu lagi nombok sewa lahan pameran kurang. Jadi tabungan berjalan dengan baik. Hingga sekarang.
Pekerjaan Baru semangat Lama


Oktober 2013
Sangat shock ketika harus terima SK pindah tugas, pikiran kemana mana, karena saat ini Ibuk sedang sakit, perusahaan tidak mau tahu karena Penulis karyawan termuda saat itu. Akhirnya setelah tahu tempat kerja baru adalah BALI, Penulis mulai berfikir kembali “Baiklah, hitung hitung liburan” Penulis targetkan jika dalam waktu 4 bulan Penulis tidak bisa balik ke jawa, maka Penulis putuskan resign. Penulis membuat keputusan itu bukan tanpa dasar karena manager Penulis menjanjikan posisi di surabaya. Dan bagi Penulis Orang tua adalah kesempatan sorga, Penulis tidak ingin melewatkan waktu panjang tanpa mereka (its my passion, bodo amat yang bilang Penulis anak emak bapak).
Go To Bali 4 bulan ngemis

Februari 2014
Waktu yang ditunggu datang, tapi SK tak kunjung datang, akhirnya Penulis dan seorang partner yang juga dalam masa tugas ini, kami sepakat meneror manager Penulis, setiap hari Penulis SMS, BBM, WA, apapun alat Penulis gunakan bt meneror beliau karena tidak ada kabar tentang SK kembali ke jawa. Cara kami meneror cukup santai tapi mengena, “halo pak apa kabar di sana, sepertinya service lagi ramai ya?” / masuk grup WA, “hi gaes gimana kabar kalian?” / like FB manager, Like semua postingan manager”
Hingga, sang manager jengah, “mau kalian apa sih?” Penulis di bbm seperti itu, Penulis dan partner sepakat jawab “Balik Surabaya pak”. Kemudian manager membalas “Ini lo SK udah turun, gak sabaran temen to le le”. Waduh Penulis dan partner telalu buruk sangka dengan pak manager, ternyata manger Penulis  sangat bisa dipegang kata-katanya. Finally we flight to java.
Biasa obyekan mijit guguk

11 July 2014,
Ulang tahun ke 25

Oktober 2014,
4 bulan kedepan adalah cerita paling mengenang yang penulis dewasa rasakan, saat itu ibuk semakin parah sakitnya, diabetes,  komplikasi ginjal, sama liver. Penulis berusaha sekuat mungkin membantu finansial bapak. Tapi apa daya penulis hanyalah karyawan baru di perusahaan tersebut, meskipun penulis sudah 1 tahun bekerja. Bapak begitu sabar merawat Ibuk, apapun bapak lakukan untuk Ibuk, terkadang sekarang penulis masih malu sama Bapak, tidak bisa melakukan apa-apa. Tapi apa kata bapak. “sabar le, bapak iseh kuat” seorang bapak dari 6 bersaudara dengan usia yang sudah tidak lagi muda, beliau lahir tahun 1942, hitung saja berapa usia beliau, semangat beliau masih muda, penulis terkadang malu menjadi anak dari manusia seperti beliau. Penulis khawatir tidak bisa melakukan hal yang sama.
Bapak

30 Desember 2014,
Satu hari sebelum tahun baru, saat dikantor penulis dewasa sangat senang karena tahu besok adalah hari libur dan bisa pulang kampung menemui sang Ibuk tercinta. Namun, Tiba-tiba serentetan firasat buruk (sebelumnya penulis tidak pernah percaya dengan namanya firasat). Frame kacamata yang baru dibeli penulis patah kecantol helm, sesampainya dikantor, gelas minum penulis jatuh dan pecah, penulis gelisah, berusaha menghubungi orang rumah, namun tidak ada yang membalas, hingga magrib tiba. “krriiinngg” siapa ini? Gumam penulis. “Assalamu alaikum krus” Waalaikum salam Kak Umar, ada apa kok telfon? Sebenarnya penulis sudah tahu kabar baik saat ini tidak mungkin karena penulis tahu sekali keadaannya, hingga dugaan penulis benar “Dek, sampean kudu kuat ya dek!. Ini sudah ditakdirkan Allah” seketika itu penulis yang awalnya sudah berupaya tegar langsung lemas, jalan dari parkiran kosan ke kamar tidak bisa menahan air mata yang menggenang di pelupuk mata, air mata yang sangat deras selama ini yang penulis pernah rasakan, HP masih penulis pegang, penulis mendengar kak Umar berkali kali memanggil nama penulis, tapi penulis tidak bisa menjawab telfon dari kakak, dada penulis terasa sesak, otot rahang tidak bisa digerakkan, wajah berlinang air mata berusaha menahan kesedihan dan penyesalan sang penulis atas wafatnya Ibu tercinta, penulis sadar ini tulisan Tuhan untuk menguji hambanya.
Akhirnya penulis putuskan menenangkan diri sholat magrib kemudian menelfon ke rumah bahwa penulis akan pulang saat itu juga mengendarai motor, banyak orang rumah tidak mengijinkan dan akan menjemput penulis ke surabaya, tapi penulis tetap bersikeras meyakinkan keluarga di rumah “Tenang, aku bisa tenang kak mbak, aku tidak akan ngebut, aku pasti sampai rumah selamat, tolong 3 jam ke depan jangan telfon dulu”, selama perjalanan mengendarai motor, yang penulis bayangkan saat itu bagaimana ekspresi Bapak saat ini? bagaimana perasaan beliau? ber tahun tahun merawat dan berusaha memberikan segalanya untuk Ibuk, tapi takdir Tuhan berkata "waktunya telah tiba". Sesampainya di rumah penulis memanfaatkan kesempatan terakhir memeluk tubuh sang Ibuk yang sudah dingin namun masih sedikit lemas, meskipun penulis tahu jiwa sang Ibuk sudah tidak lagi di sini. Melihat wajah jenazah Ibuk penulis sedikit bangga, raut wajah beliau bersih muncul senyum khas beliau yang tidak akan pernah penulis lupakan. Ini adalah kisah penulis paling berat saat ini. Penulis menemui Bapak, penulis minta maaf atas segalanya, namun bapak hanya tertegun dan mengusap kepala penulis, penulis mengerti bahwa bapak ingin menyampaikan "Sabar le, semua ada waktunya, tidak usah bersedih". Penulis mendapatkan penghormatan terkhir membopong keranda sang Ibuk menuju peristirahatan, rumah terakhir bagi seluruh mahluk hidup ciptaanNya. Penulis dan Kak Umar menurunkan jenazah manusia paling kami cintai menyatu dengan bumi sang Pencipta.

Kisah ini termasuk salah satu alasan berat mengapa penulis vacuum tidak menulis dalam jangka waktu yang lama. Apa sebabnya?

Juli 2015,
Penulis tahu, sekarang beban sang Bapak tidak lagi mudah, demi merawat Almarhum Ibuk, bapak sudah menggadaikan sawah, menjual beberapa asset, kondisi keluarga saat ini sangat tidak stabil, saudara-saudara penulis silih berganti mendapat cobaan, Mbak pertama hanyalah ibu rumah tangga di desa, Kakak ke Dua sedang konflik dengan mbak ipar jelas berimbas ke finasial mereka, Mbak ke Tiga suaminya sedang di rawat kena stroke, Kakak ke Empat bekerja sebagai ustad di ponpes bandung sedang membangun keluarga, Kakak ke Lima sedang masa sulit usahanya mengalami kemacetan. Sedang penulis tidak ada tanggungan apapun, akhirnya penulis bertekat akan membantu melunasi hutang Bapak, penulis bekerja keras mewujudkannya, penulis vacuum dari kegiatan menulis, hoby dan jalan jalan yang sering penulis banggakan di blog ini. Alhamdulillah selang satu bulan keinginan penulis di Ijabah oleh Allah, THR lebaran 2015 jauh lebih mencukupi dibanding tahun kemarin, ditambah tabungan selama bekerja. Akhirnya penulis dapat membantu Bapak melunasi hutang yang selama ini menjadi rantai di masa tua Bapak. Apa yang penulis harapkan dari Bapak? Warisan? Sawah? Maaf penulis tidak menginginkan apa-apa. Semenjak itu Bapak tidak lagi risau, tidak lagi suka marah, Bapak lebih sering tersenyum, Penulis senang saat pulang kampung bertemu beliau. Penulis sadar beliau sudah tua, cepat atau lambat beliau pasti akan menyusul Ibuk di sana. Tapi penulis selalu berharap kepada Tuhan “Jika Bapak Harus pulang penulis mohon Pulangkanlah saat Penulis sudah siap ya Allah, Hamba mohon jangan waktu dekat, masih banyak hutang budi yang ingin hamba bayarkan meskipun tidak cukup melunasinya. Hamba Mohon Amiin”
Almarhum Ibuk



Agustus –Desember 2015
Tidak ada kisah menarik yang penulis ingat, seingat penulis masa ini adalah masanya kerja keras menabung demi cita-cita berikutnya “Menikah”. Waktu terus berjalan, beberapa kali penulis bertemu dengan sosok sosok wanita yang menurut penulis mungkin ini jodoh, tapi tidak menurut Allah, Penulis sebenarnya malas untuk menulis kisah tentang mereka, karena tidak ada yang perlu diceritakan mengenai kisah seperti ini.

Juli 2016,
Lebaran keluarga besar berkumpul, ada kisah menarik di lebaran kali ini, banyak kabar berseliweran di kampung penulis, hingga penulis risih mendengar kabar burung tersebut, akhirnya sang penulis berusaha mencari sumber kabar tersebut, kabar tersebut adalah akan diadakannya Taaruf antar kedua keluarga besar di kampung tersebut, bagaimana kisah selanjutnya?? PENULIS MALAS BAHAS KISAH INI” penasaran dengan kisah ini Check PM gan.
Lebaran dikampung Penulis
Lebaran di Mushola depan Rumah penulis


Desember 2016
Kisah Juli 2016 Berakhir. Dengan kemenangan 0-0

Januari 2017,
Fokus kerja, karena penulis tahu Maret tahun ini akan ada pelelangan Unit Test Car perusahaan, mobil kondisi prima dengan harga jauh di bawah harga pasar. Dan tentunya Garransi seumur hidup selama penulis masih kerja di perusahaan ini, secara penulis menjabat sebagai Service Advisor dan Devisi Warranty. Pokok di atur beres lah..

Februari 2017,
Penulis bertemu dengan seorang gadis dari kota sebelah barat, namun penulis masih sama seperti kisah Juli 2016, PENULIS MALAS BAHAS KISAH INI” susah mup on, penasaran dengan kisah ini Check PM gan.

Maret 2017,
Big Deal, mobil idaman Terbeli dengan Cash. Maaf penulis bukan sok kaya, penulis hanya ingin menghindari riba, penulis berusaha mati matian mengorbankan hoby dan kecintaanya terhadap traveling supaya penulis dapat membawa pulang “Grobak Dorong” idamannya. Lalu apa yang membuat penulis sangat mengidamkan mobil itu? Bukankah penulis masih single? Apa susahnya pakai motor? Kenapa tidak beli rumah saja?
Mobil LCGC idaman, murah sih

Penulis sadar, cita-cita saat ini penulis hanya ingin menjadi calon suami yang baik bagi istrinya kelak, penulis tidak ingin sang istri panas panasan sambil menyusui anaknya di atas motor, penulis hanya menyiapkan diri saja. Untuk rumah, penulis tidak ada cita cita untuk hidup di kota, alasan kuat ini belum bisa menggoyahkan prinsip penulis sampai saat ini, jujur penulis masih bingung harus tinggal di mana. Penulis sadar tidak selamanya dia akan bekerja di perusahaan swasta. Dengan tekat bulat penulis habiskan tabungan demi membeli mobil tersebut dengan bantuan dari Kakak Ipar penulis, Mas Joko, beliau adalah sosok inspiratif bagi penulis. Kita akan bahas sedikit tentang mas joko nanti di ending cerita.

Mei 2017,
Saat ini penulis sedang tidak ada tanggungan apapun kecuali mengganti finance yang dipinjamkan Mas Joko kepada penulis, penulis Janji InsyaAllah Akhir tahun ini bisa lunas. Setelah itu penulis akan kembali mencari sosok yang ingin dinikahinya.
Oh iya tentang Mas Joko, beliau Suami dari Mbak ke Tiga si Penulis, beliau sangat inspiratif, sebagai seorang menantu beliau selalu All Out membantu Mertua dan Adik iparnya. Tanpa pamrih, tanpa nagih, beliu sangat rajin ke masjid berjamaah, kekurangan beliau pola makan yang kurang sehat hingga beliau sempat masuk RS Semen Gresik hampir 2 minggu Imbas Stroke, Alhamdulillah sekarang beliau sudah sehat, dan selalu menginspirasi penulis untuk menjadi menantu seperti Mas Joko kelak.


Bejimane  Gaes, lumayan panjang bukan, gimana saya sebagai penulis haru merangkum kisah 4 tahun hanya dengan 2.234 huruf? Ini tidak mudah, mungkin beberapa tulisan sedikit ngaco, flashback gk jelas. Atau apalah. Tapi kisah ini 90% benar. 10% hanya merapikan cerita saja.
muke Penulis dewasa sesaat setelah adu jotos dg Penulis muda

Untuk tulisan di atas penulis memang sengaja mengurangi gaya humor, karena 4 tahun terakhir jarang ada kisah humor gaes.


Untuk Rangkuman Hoby dan kegiatan Outdoor mungkin minggu depan akan penulis ulas. Dengan cara penulisan berbeda dan pastinya banyak humor. Apa saja yang bakrush lakukan selain Hiking? Berenang kah? Main tennis lagi kah? Atau malah malas malasan? Hmm nanti saja penulis bahas. pasti akan sangat menyenangkan dan biasa ciri khas gubug ini, becandaan.. haha

Penulis tidak sedang mencari simpati siapapun, ini hoby lama sepertinya sedang tumbuh kembali dengan gaya tulisan baru.

Thaks For Read.



Komentar

Postingan Populer