Ada Apa antara Maret 2012 - April 2017?
Dear
gaes
Update
lagi, seminggu cukup lah buat update, biar tambah kekinian ini gubug.
Saya ingin menggunjing sedikit tentang kegiatan penulis dan hobynya
Seperti
janji saya yang waktu itu, iya waktu itu
(baca dua paragraph terakhir), jadi saya akan bahas tentang rangkuman kegiatan Hoby
sahabat saya SI PENULIS dari Maret
2012 sampai Mei 2017. Hmm sudah lama saya tidak bahas tentang hoby penulis di gubug
reot ini, ya seperti kalian tahu lah (sok hits), hoby penulis jaman dulu (tua kali
ente bilang jaman dulu) jadi jaman dahulu kala hoby penulis adalah……… MENULIS,
lepas tu pensiun. Udah.
Penulis
punya banyak hoby (katanya) dan semua hoby itu mahal (terlihat mahal, sengaja supaya
terlihat mahal) karena mahal itu Indah / kaya / hedon / tajir / berduit /
perangkap cewek materai (matre), lalu apakah hoby si penulis itu masih sama
seperti jaman tu? Jawabannya “IYA” ada tambahan sedikit, malah banyak berkurang.
Baiklah
supaya treat ini tidak terlalu panjang dan membosankan, saya akan jabarkan
tentang hoby penulis yang menurut saya...(ah abaikan).
1 1. Hiking / Daki gunung (daki / bolot /
kotoran ketiak)
Setahu
saya kegiatan ini sudah lama penulis lakukan dari awal kuliah, tepatnya tahun
2009 pertama kali penulis melakukan kegiatan yang menurut saya tidak mutu.
Penulis selalu membanggakan diri bisa mencapai puncak-puncak gunung, bahkan
gunung tertinggi di jawa, Mahameru, setiap kali penulis becerita dengan saya,
saya hanya mengerutkan dahi dan sedikit menarik ujung bibir kiri saya ke
samping, dalam hati ( hah” paling-paling lu gak jadi bikin kosan di puncak
gunung, ujungnya turun lagi kan? tetep makan bakmi di kosan kan?). Tapi sebagai sahabat saya tidak mungkin mengatakan itu kepada penulis,
tega sekali. Baiklah dari 2012 sampai 2017 gunung mana sajakah yang penulis
daki? Berdasar cerita penulis sebagai berikut:
a. Selepas Gunung Arjuna yang sempat saya tulis di sini, penulis juga sempat mencicipi puncah Gunung Lawu, namun itu sebelum maret 2012, dan penulis enggan bercerita kepada saya, jadi gunung yang penulis daki setelah maret 2012 adalah Mahameru. Penulis menceritakan sedikit tentang kisah mahameru, mengapa penulis begitu greget ingin menggapai mahameru, waktu itu penulis dan anggota geng, (geng?) iya geng, gerombolan mahasiswa baru berjalan di shaf paling depan menuju Indomar*t. geng penulis sudah lulus kuliah dari Universitas yang maaf saya bilang “lingkaran setan” hanya berlaku untuk saya. Mereka tahu bahwa mereka tidak akan bertemu lagi untuk waktu yang lama. Misal saja Indra, dia bekerja di perusahaan Aki dan dia dipekerjakan, maksud saya dibabukan (terhormat sekali dipekerjakan) dibabukan di Lombok dan akan di rolling keluar jawa tanpa tahu sampai kapan. Nasir, Tenpeng, Malik mengalami hal serupa dengan Indra, secara mereka kerja di perusahaan yang sama. Anggota lain seperti Dedy Mky (mantan kiyai) si mata 4 ini dibabukan untuk mencerdaskan pemuda bangsa di kota para Alim Ulama Jombang, sungguh mulia kisanak. Sedang penulis bercerita kalau dia sedang mengerjakan proyek pekerjaan sipil bersama perusahaan keluarga CV kakak iparnya di Tuban. Atas dasar itulah Penulis dan teman-temannya memutuskan untuk membuat dokumentasi dan kegiatan yang tidak ingin dilupakan, istilahnya CATATAN TERAKHIR KULIAH (maaf ini bukan nyontek film 5 centimeter, karena kami berangkat duluan) dan mereka memutuskan untuk menutup kebersamaan ini dengan mendaki gunung 5 centimeter, eh Gunung Semeru. Saya tidak perlu menceritakan profil gunung ini, harusnya anda bisa tahu sendiri, karena “mamah tahu sendiri”.
Mahameru 3676mdpl |
Setelah mereka merapatkan shaf,
akhirnya diputuskan berangkat mendaki gunung tanggal 23-25 Agustus 2012, H+3
setelah Lebaran Idul Fitri, moment yang sangat tepat. Lepas Shalat ied
broadcast SMS bersautan “minal aidzin..” oh bukan, bukan itu” broadcast dari
mereka datang “Bro jangan lupa lusa berangkat berkumpul di Rumah Indra”,
langsung penulis balas “siap laksanakan”. Namun sayang hanya penulis, Indra, Mafi, Dedy, dan Rifki yang available melakukan perjalanan tersebut. Singkat cerita mereka pun berangkat
dari 3 hari yang direncakanan mereka harus menambah 1 hari camp di Ranu kumbolo
karena pemandangan Ranu Kumbolo dan Embun Es-nya, sayang jika dilewatkan begitu
cepat, sedang libur masih panjang. Nanti jika sempat saya akan tulis khusus
tentang pendakian Semeru, dulu penulis sempat memberikan File cerita Semeru,
sepertinya file tersebut tertinggal di computer saya di Bali. Mungkin saya akan
wawancara lagi si penulis dan akan
menulisnya di gubug ini.
b. Gunung Penanggungan, gunung ini bagi penulis seperti bukit kapur dibelakang rumah penulis, hanya tempat melepas stress dan tempat olahraga saja, entah berapa kali penulis menceritakan pendakiannya ke gunung ini kepada saya, sebenarnya saya tidak terlalu peduli tentang cerita penulis. Karena sudah bisa ditebak penulis pasti akan turun lagi. Jika bisa saya sarankan penulis boleh cerita tentang gunung asal, naik gunung besok tidak usah turun lagi bangun kos-kosan di sana lebih bermanfaat. Penulis pernah cerita terakhir kali dia mendaki gunung tersebut pada September 2016, masih bersama beberapa anggota Geng yang tersisa, Malik dan Nasir. Namun karena mereka memutuskan berangkat selepas kerja malam, hari sabtu sekitar jam 22.00 mereka baru bisa berangkat karena Nasir masuk kerja shift malam. Rasa capai yang mereka rasakan sangat-sangat mengganggu, mereka tetap saja merayap, namun.
otw pulang penanggungan |
Gunung ini sudah benar benar berubah, maaf bukan gunung dan pemandangan alamnya
yang berubah, tapi jumlah manusia dan trek yang sulit dilalui imbas licin dan
rusak akibat kepadatan penduduk meningkat. Dulu mendaki gunung ini dari
rombongan geng dan rombongan yang lain
(pendaki lain) geng akan berjumpa paling
kerap 20-30 menit perjalanan atau berjarak antara 300-500 meter, namun kini
penulis menceritakan dia tidak ada jeda untuk bersantai tanpa melihat manusia
manusia lain, jalan merambat dan atri, begitu ramai, tidak ada lagi tempat
sunyi di sepajnang trek pendakian, sebab itulah geng memutuskan tidak
melanjutkan perjalanan dan memutuskan mendirikan camp di dalam hutan sebelum
saffana untuk menutup kekecewaan, minimal geng bisa santai di alam bebas dan
menikmati kopi panas dan beberapa mie instan.
taken by GoPro Heroe |
Geng tidak menyalahkan mereka
para pendaki, geng sedikit bangga, dulu hoby yang dianggap sebagai hoby
pelarian (hoby murah, kotor, kusam, dekil dan norak) sekarang tidak lagi
demikian nampaknya, hoby ini Hits, kekinian, dan Instagramable. Namun sekarang
bagi penulis, gunung ini sudah bukan gunung faforit lagi, karena penulis
menginginkan gunung yang sunyi dan asri.
Seingat
saya penulis hanya menceritakan dua gunung di atas saja selama 5 tahun terakhir
dan belum ada keinginan mendaki lagi (sampai hari ini), mungkin waktu
penulis tidak se senggang dulu lagi. Ah saya kok malah pesimis ya sama penulis, badan penulis sekarang sudah tambun kayak drum migas, dari terakhir dari pendakian
welirang dia naik sekitar 15kg, gila kan? Tapi kemarin penulis BBM ke saya
kalau dia sudah turun 6kg dalam waktu 1 bulan, saya kaget bukan kepalang,
bagaimana bisa? Sebulan itu tidak mudah, saya saja sudah coba berbagai ramuan,
bahkan ikut member Herb*l*fe tetap begini saja.
Saya call dia, saya penasaran jurus apa yang dia pakai. “loh kamu bisa gitu gimana caranya tong?” dia
jawab “halah gitu aja, mau diet tu harus dengan hati sob!” dia jawab sambil
santai, tumben ni anak bijak. “oh begitu ya? Eh maksudnya gimana nih tong, penasaran saya?” dia jawab
lagi “ya, diet tu harus dengan hati sob, santai, telaten, all out, lakukan yang
terbaik, jadi diri sendiri, jangan nyerah gitu!”. Saya semakin kaget. “hah? kok
tumben kamu telaten? Terus - terus?” dia jawab aneh “Aku di tolak sob! Semua
makanan gak enak, tawar, sepo, hambar,
gula aja pahit sob (pupuk urea kali yang
lu makan), apalagi air putih sob rasanya bener-bener tawar (dari jaman megalitikum kali tong!), jadi aku manfaatkan moment ini
dengan baik sob, begitu tipsnya, dan Alhamdulillah berhasil!”. “wanjiir, aku serius”. “loh serius ini bro coba deh!”. Akhirnya call n chatting
tidak saya lanjutkan (delcon).
Penulis
pernah cerita jika dia sekarang sedang asyik dengan hoby baru yang tidak kalah
murahan dengan hoby mendaki gunung. Next.
2.
Trail
Enduro,
Berawal kembalinya penulis dari
tugasnya di Bali, (the return of penulis) stelah sepulangnya penulis dari bali,
teman teman kerja penulis ingin mengadakan event outdoor, dari berbagai ide
dilontarkan di dalam forum meeting internal, dari snorkling, touring keluar
jawa, rafting, paintball, airshoft gun, dan trail. Suasana begitu serius,
sangat serius hingga penulis tidak mendengar hasil keputusan di dalam forum
karena penulis sedang cuti. Setelah diputuskan akan bermain trail penulis
sangat senang karena dasarnya penulis suka kebut-kebutan, positifnya kali ini
penulis tidak kebut-kebutan di jalan raya. Karena kebut kebutan di jalan raya
itu…. Alay.
trail |
taken by GoPro Heroe |
Enduro pertama kami lakukan di Malang di jalur pendakian bukit
Panderman menuju Air terjun Coban Rondo, teman teman penulis begitu terkesima
melihat kemampuan penulis mengendarai motor trail begitu agresif, setiap kali
melibas tikungan tajam penulis selalu menurunkan kaki hingga menyentuh tanah,
bahkan tidak hanya kaki dengan kelihaian penulis tidak jarang penulis all out
dan merebahkan motor dengan kemiringan 90derajat, melibas tikungan demi
tikungan, pundak, punggung, bahkan bokong penulis ikut merebah di tanah, dengan harapan tubuh penulis bisa sama rata (maksud ente perut buncitnya rata? jangan ngayal sob!). Teman-teman penulis terkesima dengan skill yang dimiliki penulis, teman-teman penulis dengan sangat respek memberikan jempol kepada penuls atas beranian dan skillnya di atas motor trail (thumb down), skill
yang sangat luar biasa. (applous).
trail Husqvarna 250 |
Saya lupa berapa kali penulis menceritakan
tentang hoby barunya ini, mungkin penulis sudah 4-5 x bermain dengan motor
penggaruk tanah tersebut.
3.
Touring,
Kegiatan yang satu ini saya sampai
bosan jika harus mendengarkan penulis bercerita tentang kegemarannya yang satu
ini. Demi menunjang hoby ini, penulis sampai menghabiskan budged sekitar "segitu" juta untuk memodifikasi motor kesayangannya, hmmm saya geleng-geleng ketika
mendengar itu. Memangnya apa saja yang dihabiskan motor 150cc keluaran pabrik
garpu tala tersebut, hingga menguras dana yang cukup besar (bagi saya itu dana
yang cukup besar hanya untuk motor harian), penulis tidak pernah bercerita
detail tentang spek kendaraan kecilnya tersebut, penulis mengatakan itu
termasuk apparel motor dan kelengkapan touringnya. Tetap saja dana besar, dan
menurut saya itu kemubadziran tanpa guna. Katanya penulis mau nabung buat...(buat apa ya! ah sudahlah). Terus bagaimana kondisi motor penulis sekarang? saya pernah tanyakan ke penulis "Lah terus sekarang kenapa motor lu biarin aja kepanasan di depan kosan? kan sayang tong?", "Halah biarin aja sob, biar dia gak manja!". Anjir, jawaban yang Vangke bener.
Taken By GoPro Heroe |
Taken By GoPro Heroe 4 BE |
Sudah banyak sekali tempat yang
penulis singgahi, urutan pertama adalah Gunung Bromo, sudah 9 kali penulis ke
gunung tersebut, dari jaman Tiket masik Rp 0 hingga Rp 80.000 / motor (2 orang)
penulis pernah mengalaminya.
Bromo 2011 |
Bromo 2015 |
Wow sekali untuk kegiatan yang berulang ulang. Saking
seringnya penulis touring, sampai-sampai penulis sering lupa jika dia pernah ke
tempat yang ia kunjungi. Jika ada teman penulis menceritakan tempat wisata, dia
begitu antusias mendengarkan, tapi ujungnya “owalah tempat itu, iya aku tahu”
saya berani bertaruh pasti penulis lupa tahun berapa dan sama siapa. Dasarnya
penulis pelupa.
Setahu saya penulis melakukan touring
hanya seputar Jatim, Jateng itu saja. Dasar dia-nya saja jika bercerita suka
dilebih-lebihkan. Penulis suka kegiatan touring dengan motor karena murah, dan
melelahkan, penulis menyukai kegiatan yang melelahkan.
3. Berkunjung ke Orang Tua.
Aneh memang tapi ini benar-benar penulis lakukan, sepeninggal ibuk, penulis sering sekali bercerita jika dia saat ini sangat menyesal mengapa dulu saat banyak kesempatan tidak penulis lakukan. Penulis pernah bercerita ke saya, jika dulu saat kuliah dan awal kerja, penulis jarang sekali pulang kampung, mungkin 2-3 bulan sekali, bahkan telfon saja penulis jarang lakukan. Padahal dari Ibu kota jatim ke kampung penulis hanya 160km atau 3 jam perjalanan. Saat ini penulis sedang menikmati perjalanan demi perjalanan menuju rumah Bapaknya yang selalu senyum lebar ketika penulis pulang, setiap 2-3 minggu sekali dia lakukan. Sekarang penulis mengerti apa itu makna “Home Sweet Home”. Iya, penulis anggap kegiatan ini sebagai hoby, karena jika hoby pasti terasa ringan dan menyenangkan bukan gaes?.
Ada lagi, dia selalu membanggakan slogan
hobynya “Hoby gue gak mahal yang penting banyak, murah lagi” slogan yang
menurut saya gak ada elit-elitnya.
Apalagi ya, saya lupa penulis pernah cerita apa saja, seingat saya memang hoby penulis yang sering dilakukan ya ke empat kegiatan di atas. Kegiatan yang lain ya ada, beberapa kali penulis pernah cerita jika dia pernah Rafting, Rafling (turun / naik tebing dengan tali, bukan wall climbing), flying fox, go kart dll.
Yaaah, sampai disitu dulu gaes curhatan penulis kali ini yang saya tulis, ah yang benar sih saya ketik.
Saya tahu cerita kali ini tidak konyol, soalnya saya rada sungkan sama penulis, mau pake gaya bahasa begejekan tar saya di protes, sebenarnya lebih asik pakai bahasa, elo gue, ana ente, sama sedikit umpatan-umpatan ringan saja, ya bahasa sok gaul gitu gaes.
Baiklah next saja di tulisan berikutnya saya akan coba gaya begejekan.
Terus bagaimana kabar Teman-teman Penulis sekarang? baiklah saya besok akan interogasi penulis tentang mereka, setelah itu lets see, apa yang akan saya tulis tentang mereka?
see you..!!
Terus bagaimana kabar Teman-teman Penulis sekarang? baiklah saya besok akan interogasi penulis tentang mereka, setelah itu lets see, apa yang akan saya tulis tentang mereka?
see you..!!
Thanks for read.
Komentar